Knowledge Management Telah Jadi Bagian Dari CSR

Suatu perusahaan disarankan tidak hanya melakukan penjualan produk kepada konsumen saja. Namun, hal ini harus dibarengi dengan pemberian kemampuan daya beli atas produk oleh konsumen.

“Kami mempunyai community based program bagian dari CSR (corporate social responsibility, red) membantu masyarakat mengelola sampah menjadi uang, “ kata Laksmi S. Tobing, HR Business Partner for Marketing Division PT Unilever Indonesia Tbk kepada wartawan usai ‘Knowledge Festival : Elevating Intellectual Capital and 2009 Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study pada Rabu (15/7) kemarin.

Kegiatan CSR yang dilakukan Unilever Indonesia diklaim tidak hanya melakukan pemberdayaan masyarakat di suatu tempat saja. Langkah tersebut juga dilakukan  sebagai bagian dari penerapan knowledge management (KM) bagi perusahaan dan masyarakat.

“Suatu pengetahuan seperti memanfaatkan barang-barang bekas kami berikan dan di situ kami memperoleh inovasi bagi penciptaan suatu produk, “ jelasnya.

Laksmi meneruskan budaya sharing (berbagi) KM harus dilakukan perusahaan kepada pihak lain. Langkah itu berdampak pengembangan diri untuk suatu kemajuan bagi kedua pihak.

“Berbagi (KM) dengan orang lain akan membuat sinergi, “ jelasnya.

Sementara itu sharing (berbagi) KM, ujar Djatnika S. Puradinata, presdir PT Medco Downstream Indonesia, harus dilakukan atasan dan bawahan dalam organisasi perusahaan sekarang. Sebab, kini era informasi bukan primitif.

“Pengetahuan tidak bisa dikekepin (simpan, red), tapi harus di-sharing. Anak buah lebih pintar tidak apa. Kemudian, atasan harus memberikan horizon baru, “ paparnya.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dibagi kepada orang lain. Hal ini tidak merugikan kedua pihak. “Kita berbagi pengetahuan, akan kaya, “ tandasnya.

Nilawati Irjani, GM Corpotate Planning Management Development DIV PT United Tractors Tbk, menambahkan peningkatan pengetahuan akan orang diperoleh dari berbagi pengetahuan. Jangan khawatir pengetahuan itu akan habis.

“Dengan berbagi pengetahuan, orang tidak perlu reinventing (untuk memperoleh pengetahuan), “ tandasnya.

Menyinggung materi KM, papar Alex Denni, partner, head of Dunamis Consulting sekaligus chairman 2009 Indonesian MAKE Study, mengemukakan banyak bentuk sharing KM yang dapat dilakukan suatu  pihak kepada pihak lain. Dari hal tersebut story telling adalah instrumen yang kuat.

“(Namun) yang diceritakan konten knowledge jangan gosip, “ tegasnya.

Intellectual capital adalah suatu hal yang dinilai penting sekarang dalam sharing knowledge. Setiap organisasi harus menghargai individu dalam pengembangan intellectual capital.

“Saat ini kita telah memasuki era knowledge and information (pengetahuan dan informasi, red) di mana indvidu tidak bisa lagi dianggap hanya sebagai resources, namun merupakan aset yang paling berharga sebagai salahsatu komponen utama intellectual organisasi, “ imbuhnya.

Sementara itu Dunamis Consulting bekerjasama dengan Gramedia Pustaka menerbitkan buku ‘Indonesian MAKE Study & Lesson Learned from the Winner. Buku ini berisi teori KM dan  sistem dan penerapan KM di organisasi yang ditulis Satyo Fatwan, managing partner Dunamis Consulting, Alex Denni, partner, head of Dunamis, dan Tim KM Dunamis Consulting.

“Buku Indonesian MAKE Study & Lesson Learned from the Winner merupakan salahsatu kontribusi yang diberikan Dunamis untuk mendukung Indonesia menuju knowlegde-based country, “ tutur Satyo.

Pada sisi lain sebanyak tujuh perusahaan dipilih sebagai pemenang dalam ‘2009 Indonesian MAKE Study’. Perusahaan-perusahaan itu adalah Binus University, PT Federal International Finance, PT Medco Energi International Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, PT United Tractors Tbk, dan PT Excelcomindo Pratama.

“Tiga tertinggi (pemenang) akan mewakili 2009 Asian MAKE Study di Korea pada Oktober 2009 yaitu Unilever Indonesia, Medco Energi, dan United Tractors, “ jelas Alex.

Source :

http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2565:knowledge-management-telah-jadi-bagian-dari-csr-&catid=43:wuumum&Itemid=62

Pembahasan :

Artikel ini membahas mengenai Karyawan sebagai asset atau sumber knowledge bagi perusahaan, dimana seperti yang kita ketahui bahwa ada 3 tipe knowledge dalam knowledge management yaitu tacit knowledge, explicit knowledge dan potential Knowledge.

Tacit Knowledge adalah salah satu bentuk knowledge yang tidak dapat di transfer kepada orang lain.Bentuk knowledge ini didapatkan berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh seseorang seperti pengalaman belajar mengendarai sepeda.

Tipe knowledge yang kedua adalah Explicit knowledge yaitu knowledge yang dapat ditransfer ke dalam bentuk tulisan atau arsip maupun dokumen, dimana bentuk knowledge ini dapat di sharing dengan orang lain.Misalnya Buku mengenai Microsoft office, dimana buku ini dapat kita beli di toko buku maupun dapat dipinjam di sebuah perpustakaan dan setiap orang yang membaca buku tersebut dapat mempelajarinya secara otodidak.

Tipe knowledge yang terakhir adalah potential knowledge yaitu menganalisa dan mengtransformasikan segala bentuk knowledge dalam suatu perusahaan menjadi suatu pengetahuan yang dapat dishare kepada orang lain.

Intinya jenis tipe knowledge apa pun yang digunakan oleh sebuah perusahaan yang penting knowledge yang ada dapat dishare kepada orang lain bukan hanya sebatas karyawan dalam sebuah perusahaan tetapi juga masyarakat luas sehingga masyarakat dapat turut andil dalam menerapkan knowledge yang mereka dapatkan menjadi suatu kreativitas yang dapat menghasilkan suatu pemasukan bagi Mereka.

This entry was posted in Case Knowledge Management. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *